TUGAS KELOMPOK
Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu
: Budi Santoso, SS
Makalah
DIKSI ATAU PILIHAN KATA :
PENGERTIAN,
SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM
Disusun Oleh :
Kelompok
III
1. Adhitya
Utama NPM:10112289
2. Agung
Rudiawan NPM:10112374
3. M. Faqihudin
NPM:14112355
4. Muhammad Ramdhan NPM:15112041
5. Rezza Fatullah NPM:16112227
Kelas: 3KA15
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
2014-2015
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Budi Santoso, SS
DIKSI ATAU PILIHAN KATA :
PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM
Kelompok III
3. M. Faqihudin NPM:14112355
4. Muhammad Ramdhan NPM:15112041
5. Rezza Fatullah NPM:16112227
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah .................................................................... 1
b.
Tujuan
Penulisan ................................................................................ 2
c.
Ruang Lingkup
.................................................................................... 3
Bab II Pembahasan
a.
Pengertian
Diksi ................................................................................. 4
b.
Syarat-syarat
Ketepatan Diksi ............................................................ 5
c.
Gaya Bahasa
dan Idiom ...................................................................... 8
Bab III Penutup
a.
Simpulan ............................................................................................. 12
b.
Saran ................................................................................................... 13
Daftar Pustaka
|
|||
|
|||
|
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Secara menyolok aktivitas
seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa kata.
Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal ujian,
menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus bertukar
pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen. Malam
hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatan-catatannya
maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila ia seorang
yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah,
artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua
aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah membanjiri masuk satiap saat
ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima semua
itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari
kawan-kawannya.
Seiring seorang mahasiswa
harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui
gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia
mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang
didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya.
Keduanya harus diketahui dan dikuasai.
Tidak dapat disangkal bahwa
dalam penggunaan kosa kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia
perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan merasa
lega dan puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan.
Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan
terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata
yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat
pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.
Mereka yang luas kosa katanya
akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata
mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer
orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki,
mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti penelitian,
penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau
merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan
itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan berusaha untuk
menetapkan secara cermat kata man yang harus dipakainya dalam sebuah konteks
tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain
yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan
karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu.
Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik hendaknya
mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang tepat dan cermat
dalam konteks yang tepat pula.
B.
TUJUAN PENULISAN
Dengan dibuatnya makalah ini
penulis berharap informasi yang terdapat pada makalah ini dapat berguna bagi
penulis dan para pembaca.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang
bagaimana tatacara dalam penyusunan / pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
2. Makalah ini dapat
dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan para mahasiswa/i Stikom Dinamika Bangsa Jambi.
3. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah
Bahasa Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.
C.
RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dalam
pembahasan makalah ini meliputi pengertian diksi atau pilihan kata,
syarat-syarat ketepatan diksi, gaya bahasa dan idiom.
|
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau
wacana. Pemilihan kata
dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama
atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok
dalam arti sesuai dengan konteks di mana
kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan
kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna
bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan
secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya
secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam
karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara
lain :
a)
Melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b)
Membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c)
Menciptakan
komunikasi yang baik dan benar.
d)
Mencegah
perbedaan penafsiran.
e)
Mencagah
salah pemahaman.
f)
Mengefektifkan
pencapaian target komunikasi.
B.
SYARAT-SYARAT
KETEPATAN DIKSI
Ketepatan
adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi
pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat
mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak
akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat,
efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna
bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun
syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1)
Membedakan secara
cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak
bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
Contoh :
·
Bunga eldeweis
hanya tumbuh ditempat yang tinggi.
(Denotasi)
·
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2)
Membedakan
dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
·
Siapa pengubah peraturan yang
memberatkan pengusaha?
·
Pembebasan
bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
3)
Membedakan
kata-kata yang mirip ejaannya.
·
Intensif –
insensif
·
Karton –
kartun
·
Korporasi –
koperasi
4)
Tidak
menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
·
Modern : canggih (secara subjektif)
·
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
·
Canggih :
banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut
kamus)
5)
Waspada
terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
·
Dilegalisir
seharusnya dilegalisasi.
·
Koordinir
seharusnya koordinasi.
6)
Membedakan
pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
|
Pasangan
yang benar
|
antara ..... dengan ....
|
antara .... dan .....
|
tidak ..... melainkan .....
|
tidak ..... tetapi
.....
|
baik ..... ataupun .....
|
baik ..... maupun .....
|
bukan ..... tetapi .....
|
bukan ...... melainkan
.....
|
7)
Membedakan
kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata
umum adalah sebuah kata yang
mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
·
Kata umum : melihat
·
Kata khusus : melotot,
membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton, memandang,
menatap.
8)
Memperhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
·
Isu (berasal
dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
·
Isu (dalam
bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin,
desas-desus.
9)
Menggunakan
dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi,
berbeda tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda
bunyi, dan berbeda makna.
Contoh :
·
Sinonim :
Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
·
Homofoni :
Bank (tempat menyimpan uang) – Bang
(panggilan kakak laki-laki)
·
Homografi : Apel
(buah) – Apel (upacara)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep,
sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
·
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
·
Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
C.
GAYA BAHASA DAN IDIOM
1.
GAYA BAHASA
Gaya bahasa atau langgam
bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya.
Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang
memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan
kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya.
Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan
kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya
tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator
dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
a)
Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media
elektronik.
b)
Bidang ilmu :
filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c)
Situasi : resmi,
tidak resmi, setangah resmi.
d)
Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e)
Khalayak : dibedakan
berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin
(laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah,
tinggi).
f)
Tujuan :
membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
GAYA BAHASA
BERDASARKAN PILIHAN KATA
Berdasarkan pilihan kata, gaya
bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi
tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari
lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu.
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah
dibedakan menjadi :
a.
Gaya Bahasa
Resmi
Gaya bahasa resmi adalah
gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita
jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah
mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius
atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan
gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
...(selanjutnya)
b.
Gaya Bahasa
Tak Resmi
Gaya bahasa tak
resmi juga merupakan gaya bahasa yang
dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang
tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam
karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan
yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi
adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa
nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada
zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus
yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha
merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.
c.
Gaya Bahasa
Percakapan
Dalam gaya bahasa
percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu
berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila
dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut adalah
hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun 1996 di
Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan
antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya
saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi
penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat
dan dasar apa yang kita pakai untuk
menggolongkannya. .......(selanjutnya)
2.
IDIOM
Menurut Moeliono, Idiom adalah
ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan.
Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada
kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip
ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah
tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk
pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan
susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka karena ketiga
kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
|
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari pembahasan yang diuraikan
di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa poin penting yaitu :
1. Diksi atau pilhan
kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
2. Pilihan kata yang
tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata itu.
3. Diksi berfungsi
sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau penulis
terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
4. Diksi memiliki
beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang sesuai antara
pembicara dan pendengar.
5. Fungsi diksi
secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik dan benar
agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
6. Gaya bahasa atau
langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan
maksudnya.
7. Gaya bahasa
menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi menjadi 3 jenis
yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
8. Menurut Moeliono,
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa
yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di
dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
B.
SARAN
1. Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan
memahami bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang
mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam
setiap tugas perkuliahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksi
dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.